Bengkulu – Japhana adalah sebuah lembaga yang ada di Provinsi Bengkulu dengan salah satu misinya memperkuat gerakan lingkungan hidup melalui kolaborasi bersama para penggiat konservasi.
Komunitas yang bergiat di alam bebas—mulai dari mahasiswa pecinta alam, kelompok pecinta alam umum, siswa pecinta alam, hingga komunitas masyarakat pemerhati konservasi—berkumpul dalam satu forum untuk membahas isu penting ekosistem pesisir.
Japhana menggelar Forum Group Discussion (FGD) di kawasan Jenggalu, Sabtu (15/11/2025), dengan mengangkat tema “Peran Para Penggiat Tapak dalam Isu-Issu Mangrove Bengkulu.”
Diskusi ini bertujuan merumuskan langkah bersama untuk menjaga kawasan mangrove yang semakin terancam oleh aktivitas manusia dan perubahan lingkungan.
Direktur Japhana, M. Frengki Wijaya, memimpin jalannya diskusi sekaligus mengajak peserta untuk memahami urgensi menjaga mangrove sebagai penopang ekosistem pesisir.
Frengki menilai kehadiran penggiat tapak di Bengkulu memiliki peran strategis. Mereka berada dekat dengan aktivitas lapangan, mengetahui kondisi lingkungan secara langsung, dan mampu menggerakkan masyarakat untuk turut menjaga ruang hidupnya.
“Kami hadir di Bengkulu bukan hanya untuk menyampaikan gagasan, tetapi untuk membangun gerakan bersama. Penggiat tapak adalah mitra penting dalam menjaga mangrove, karena mereka berada di garis depan konservasi,” ujarnya.
Diskusi berlangsung hangat. Rifi Zulhendri atau biasa di sapa Atuk sebagai pemantik diskusi mengajak peserta membahas beberapa isu utama, seperti kerusakan mangrove akibat penebangan, perubahan tata ruang pesisir, hingga minimnya edukasi bagi masyarakat pesisir mengenai fungsi ekologi dan ekonomi mangrove.
“Dari irama diskusi yang mengalir tadi kawan-kawan penggiat tapak bersepakat bahwa akan membahas hasil FGD ke lembaga masing-masing yang nantinya akan diadakan pertemuan kembali terkait kolaborasi kedepan”, ucapnya.
Setelah FGD, kegiatan dilanjutkan dengan saresehan, yang menjadi ruang berbagi pengalaman antar komunitas.
Beberapa kelompok pecinta alam memaparkan pengalaman mereka mengawal isu lingkungan, mulai dari patroli informal hingga program edukasi untuk sekolah-sekolah di pesisir.
Melalui FGD ini, Japhana dan para penggiat tapak sepakat memperkuat jejaring kolaborasi dan merancang agenda lanjutan yang lebih terarah, termasuk program pemetaan kawasan mangrove, patroli bersama, serta kampanye edukasi untuk masyarakat pesisir.
Kegiatan di Jenggalu menandai langkah awal Japhana di Bengkulu untuk membangun gerakan lingkungan yang lebih kuat, bersinergi, dan berkelanjutan. (Yl)
